Sabtu, 26 April 2014

KONTRIBUSI POSITIF METODE PEMBELAJARAN OUTBOND TERHADAP KESUKSESAN BELAJAR

Kegiatan Repling Pramuka SMADU Kepohbaru
Masa usia dini hingga remaja merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Seiring berkembangnya zaman, metode pengajaran terhadap anak usia dinipun ikut berkembang, belakangan diketahui bahwa dengan bermain, anak dapat menangkap pelajaran lebih bagus dari pada bila tidak sedang bermain, hal ini biasanya dipengaruhi oleh kadar stress anak yang cepat jenuh terhadap hal-hal yang membosankan.

Permasalahan yang sering ditemui di lapangan adalah umumnya pembelajaran yang dilaksanakan pada saat ini masih klasikal dimana metoda pembelajaran yang digunakan pendidik pada saat bermain sambil belajar tidak variatif (monoton). Perangsangan yang diberikan oleh pendidik pada umumnya berlokasi di areal indoor, kondisi alam dan lingkungan sekitar sebagai area out door kurang termanfaatkan oleh pendidik sebagai area bermain anak.

Padahal, secara fitrah setiap anak meyukai kegiatan di alam bebas. Untuk itu perlu digali dan dikembangkan permainan yang berorientasi di alam terbuka. Pada dasarnya pembelajaran yang dilakukan dalam program pendidikan anak usia adalah bermain sambil belajar atau belajar melalui bermain.

Pemahaman bermain dapat dilakukan dengan cara beraneka ragam, salah satunya menggunakan metode outbound atau pendidikan di alam terbuka. Outbound merupakan metode pembelajaran yang dilakukan di alam terbuka, penggunaannya dinilai memberikan kontribusi positif terhadap kesuksesan belajar.

Ternyata Outbound bukan hanya sekedar bermain saja. Banyak manfaat yang bisa di dapatkan bagi anak. Wahana outbound bisa melatih keberanian dan kemandirian anak serta melatih tingkat kecerdasan anak. Selain itu outbound juga melatih psikomotorik anak agar lebih cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan alam bebas dan mencintai alam.

Saat ini sudah mulai banyak diadakan kegiatan outbound bagi anak. Dengan kegiatan ini hubungan orang tua dan anak juga bisa terjalin harmonis. Karena ada outboound yang membolehkan orang tua untuk ikut dan ada juga tidak. Namun keduanya memiliki manfaat untuk si anak itu sendiri nantinya.

Outbound untuk anak-anak bertujuan untuk melihat kemampuan dan perkembangan anak baik secara fisik maupun mental. Dengan wahana permainan yang dibuat sedemikian rupa, menjadikan si anak berusaha dan mampu untuk memecahkan suatu permasalahan.

MANFAAT PENDIDIKAN PRAMUKA

Selama sepekan ini penulis melihat sejumlah kegiatan-kegiatan Pramuka yang sedang intens digalakan oleh masing-masing Gugus Depan (Gudep) di masing-masing sekolah di Kecamatan Kepohbaru. Tentunya hal tersebut mengingatkan masa-masa ketika penulis masih berstatus sebagai pelajar yang rajin mengikuti kegitan-kegiatan Pramuka di sekolah setiap pekannya. Kegiatan-kegiatan yang dahulu memupuk rasa tanggungjawab dan sifat kepemimpinan pada diri penulis terbukti sangat membantu dalam pergaulan sehari-hari, terutama ketika harus berhadapan dengan masyarakat. Sampai saat ini, penulis masih beranggapan bahwa kurikulum mata pelajaran yang ada di sekolah belum mampu menjawab akan kebutuhan para siswanya dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Kebanyakan kemampuan akademis yang didapatkan oleh seorang anak di sekolahnya hanya dipakai pada saat-saat tertentu saja, sedangkan untuk kemampuan bergaul dan bermasyarakat (berorganisasi) yang itu dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, rata-rata tidak didapatkan di bangku sekolah.

Justru kemampuan tersebut didapatkan dari pendidikan luar sekolah (ekstrakurikuler), salah satunya lewat pendidikan Gerakan Pramuka. Pramuka merupakan wadah dimana tempat seorang anak menempa watak dan kepribadian yang ada didalam dirinya sebelum ia mengahadapi dunia nyata dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karenanya gerakan Pramuka harus terus ditumbuhkan dan dikembangkan dikalangan anak dan kaum muda. Pendidikan Pramuka berperan sebagai komplemen dan suplemen terhadap pendidikan formal. Mengambil Manfaat Dari Kegiatan Pramuka Dalam kalimat Pendahuluan Petunjuk Penyelenggaraan Pola dan Mekanisme Pembinaan Pramuka Penegak dan Pandega Nomor 080 Tahun 1988 yang menggambarkan tentang tujuan didirikannya Gerakan Pramuka di Indonesia. Yaitu, “Gerakan Pramuka bertujuan membentuk manusia yang berkepribadian dan berwatak luhur, yang sehat jasmani dan rohaninya, serta menjadi warga negara Republik Indonesia, yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sehingga menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat membangun dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Mungkin banyak pelajar sekarang yang mengganggap bahwa kegiatan-kegiatan perkemahan seperti pramuka hanya akan membuang-buang waktu saja. Dan ada pula yang beranggapan bahwa kegiatan pramuka adalah kegiatan yang tidak lagi diperlukan dizaman sekarang ini.

Bagi penulis sendiri anggapan seperti itu merupakan pendapat orang-orang yang hanya mengkuti kegiatan-kegiatan pramuka sekedar ritual tanpa isi saja, karena bagi mereka yang bisa mengambil manfaat dari kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh pramuka akan terasa sekali manfaatnya, terutama dalam pergaulan sehari-hari di masyarakat. Jelas sekali perbedaannya antara anak yang aktif Pramuka dengan anak yang tidak aktif di Pramuka. Ada beberapa manfaat yang bisa penulis rasakan dan bisa diambil dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh gerakan Pramuka, manfaat tersebut bisa dilihat dari berbagai aspek, diantaranya, aspek Sosial dan Kesehatan. Aspek Sosial Seperti yang dikatakan oleh The Word Organitation of The Scout Movement (WOSM), salah satu tujuan gerakan pramuka dalam aspek sosial adalah untuk mendorong peserta didik untuk melibatkan diri tehadap pembangunan masyarakat, menghormati dan menghargai orang lain serta intregasi alam seisinya. Dengan ini kepramukaan mempromosikan kerukunan dan kedamainan lokal, internasional serta saling pengertian dalam kerjasama. Manusia adalah mahluk sosial, dimana dalam kehidupan sehari-harinya selalu bergantung dan memerlukan manusia lainnya untuk mempertahankan hidup. Tentunya ini memerlukan kemampuan dan keahlian khusus dalam realisasinya, karena untuk bergaul dan bersosialisasi ternyata tidak mudah kalau tidak dibiasakan dari sejak dini.

Di Pramuka kita dituntut untuk menjadi bagian dari masyarakat (sesuai dengan tujuan Pramuka). Karena setiap pelajar tentu nantinya akan kembali kepada masyarakat untuk mengabdikan dan mengimplementasikan kemampuan yang didapatkan dari bangku sekolah, apabila ketika disekolah kita tidak menempa diri dalam kehidupan berorganisasi, maka sudah dipastikan kita akan menghadapi kesulitan dalam mengimplementasikan kemampuan kita tersebut, sehebat dan sepintar apapun kemampuan akademik yang kita miliki sewaktu duduk dibangku sekolah, tentunya tidak akan ada manfaatnya kalau kita tidak bisa menyampaikan dan mengamalkannya di masyarakat. Aspek Kesehatan Manfaat kegiatan pramuka kalau dilihat dari aspek kesehatan, salahsatunya kegiatan pramuka bisa merangsang pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh gerakan Pramuka selain memerlukan mental, memerlukan fisik yang prima. Fisik yang prima berhubungan erat dengan kondisi kesehatan yang ada pada diri kita, dan fisik yang prima tidak akan begitu saja didapatkan apabila tidak dilatih secara intens minimalnya seminggu sekali. Biasanya, sebelum memulai latihan atau kegiatan, para anggota pramuka selalu melakukan pemanasan gerak tubuh, seperti lari-lari kecil, push up, skot jump dan lain-lain. Hal-hal tersebut sangat bermanfaat sekali bagi kondisi fisik. Biasanya, kalau kita sengaja melakukannya sendiri kita akan merasa malas, tapi kalau hal-hal tersebut dilakukan bersama-sama dengan teman-teman yang lain sesama anggota Pramuka, suasanya akan terasa menyenangkan.

Di Pramuka kita dituntut untuk menggerakan fisik kita secara aktif. Gerakan tubuh (Olahraga) yang rutin dilakukan akan sangat berpengaruh bagi kondisi fisik dan kesehatan kita. Menurut penelitian, manusia mempunyai sekitar 650 otot tubuh, berarti 650 motor yang memberikan kemampuan untuk bergerak. Otot-otot ini, jika tidak digunakan akan kehilangan kemampuannya dan berkurang ukurannya dan jika itu tidak aktif untuk jangka waktu yang cukup lama, maka akan berhenti berfungsi semuanya. Karena itu gerak tubuh sangatlah penting. Saatnya Mengambil Peran Sangat disayangkan apabila kita sebagai generasi penerus bangsa dan negara ini tidak bisa turut ambil peran dalam memajukan dan memakmurkan masyarakat. Kualitas masa depan penghuni negara ini ditentukan oleh kualitas para generasi mudanya dalam membina diri saat ini. Sudah selayaknya sebagai generasi penerus yang dituntut untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik kita sudah harus mulai membina diri dari mulai sekarang. Kita manfaatkan tempat atau wadah (organisasi) seperti Pramuka untuk membina dan melatih kemampuan kita dalam turut serta dalam peran pembangunan bangsa dan negara. Kalau bukan kita siapa lagi? Gerakan pramuka ibarat kawah candradimuka bagi generasi muda, calon-calon pemimpin masa depan negara ini. Sebagai generasi muda, baik itu pelajar maupun mahasiswa, mari kita membina diri selagi ada kesempatan, agar kelak dimasa depan kita bisa bereperan aktif di masyarakat, khususnya dalam masalah pembangunan. Sayang sekali kalau saat ini kita menghabiskan waktu dengan sesuatu yang tidak jelas manfaatnya Negara ini memerlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang tangguh dan inovatif untuk mengelola Sumber Daya Alam (SDA) dimilikinya. Melalui gerakan Pramuka, mari ciptakan Sumber Daya Manusia yang tangguh, berkualitas dan Inovatif.

By : Pramuka Anmanggar

ENAM PRINSIP PENDIDIKAN KARAKTER ISLAMI

Pendidikan karakter adalah sesuatu yang baik. Dalam Islam, karakter identik dengan akhlaq, yaitu kecenderungan jiwa untuk bersikap/bertindak secara otomatis. Akhlaq yang sesuai ajaran Islam disebut dengan akhlaqul karimah atau akhlaq mulia (Mohamed Ahmed Sherif, Ghazali’s Theory of Virtue, 1975), yang dapat diperoleh melalui dua jalan. Pertama, bawaan lahir, sebagai karunia dari Allah. Contohnya adalah akhlaq para nabi. Kedua, hasil usaha melalui pendidikan dan penggemblengan jiwa (SM Ziauddin Alavi, Muslim Educational Thought in The Middle Ages, 1988).

Berdasarkan pengkajian penulis terhadap konsep akhlak Islam yang berlandaskan nash al-Quran dan hadits Nabi serta konsep karakter dalam tradisi empiris-rasional Barat, program pendidikan karakter yang baik seyogyanya memenuhi enam prinsip pendidikan akhlaq, yaitu:
1. Menjadikan Allah Sebagai Tujuan

Perbedaan mendasar antara masyarakat sekular dengan Islam terletak pada cara memandang Tuhan. Masyarakat sekular hanya mengimani “ide ketuhanan” karena ide ini berpengaruh baik bagi perilaku manusia. Mereka tidak ambil pusing apakah yang diimani benar-benar wujud atau sekedar khayalan (Muhammad Ismail, Bunga Rampai Pemikiran Islam, 1993). Sebuah penelitian menunjukkan, 80% responden menyatakan bahwa mencuri tetap salah sekalipun diperintahkan Tuhan (Larry Nucci, Handbook of Moral and Character Education, 2008). Kaum secular mengurung agama dalam interpretasi kemanusiaan. Agama versi sekular tidak dapat menjelaskan keajaiban yang dialami Nabi Ibrahim tatkala menerima wahyu untuk menyembelih putranya.

Islam mengimani Allah sebagai Tuhan yang wujud sehingga ketaatan kepadaNya menjadi mutlak. Islam bukanlah agama sekular yang memasung agama dalam dinding kehidupan privat. Agama tidak diakui sekedar diambil manfaatnya. Agama merupakan penuntun kehidupan dunia menuju keridhaan Allah. “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku.” [QS. al-Dzaariyaat 56]

                Keridhaan Allah merupakan kunci sukses kehidupan. Ilmu, kecerdasan, maupun rizki hanya mungkin dicapai apabila Allah menganugerahkannya kepada manusia (Zibakalam-Mofrad, 1999; Alavi, 1975). Untuk menggapai keridhaan Allah inilah, manusia wajib menghiasi diri dengan akhlaq mulia (Sherif, 1975).
2. Memperhatikan Perkembangan Akal Rasional

Perilaku manusia dipengaruhi oleh pengetahuan dan pemahamannya tentang hidup (an-Nabhani, 2002). Pendidikan karakter tidak akan membawa kesuksesan apabila murid tidak memahami makna-makna perilaku dalam kehidupannya. Untuk itu, Islam sangat menekankan pendidikan akal. Allah Swt menyebutkan keutamaan orang-orang yang berpikir dan mempunyai ilmu dalam berbagai ayat, salah satunya adalah QS. at-Thariq [86] ayat 5 (yang artinya): Maka hendaklah manusia memperhatikan (sehingga memikirkan konsekuensinya) dari apakah dia diciptakan?

Akal adalah alat utama untuk mencapai keimanan. Akal harus diasah dengan baik sehingga manusia memahami alasan perilaku baiknya. Pada tahap awal pendidikan, anak-anak memerlukan doktrinasi. Orang tua tidak boleh membiarkan mereka memukul teman atau bermain api walaupun mereka belum memahami alasan pelarangan itu. Namun, sejalan dengan usia, akal manusia mulai mempertanyakan alasan rasional. Keingintahuan ini tidak boleh diabaikan. Salah satu cara untuk mengasah akal adalah dengan perumpamaan dan dialog (Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam, 1995). Rasulullah Saw sering melakukan dialog dengan para sahabatnya dalam rangka mengasah kemampuan akal mereka. Salah satunya tergambar dalam hadist berikut: “Apakah pendapat kalian, jika sebuah sungai berada di depan pintu salah satu dari kalian, sehingga ia mandi darinya sehari lima kali; apakah akan tersisa kotoran pada badannya?” Para sahabat menyahut, “Tidak sedikit pun kotoran tersisa pada badannya.” Nabi melanjutkan, “Demikianlah seperti shalat lima waktu, dengannya Allah menghapus kesalahan-kesalahan.” [HR. Muslim]

Dialog antara pendidik dan anak didik harus selalu dipelihara. Pendidik harus cerdas sehingga mampu mengimbangi pertanyaan-pertanyaan dari anak didik. Pendidik memberikan kesempatan kepada anak didik untuk memikirkan persoalan yang dihadapi dan mengarahkannya pada solusi Islam.
3. Memperhatikan Perkembangan Kecerdasan Emosi

Perilaku manusia banyak terpengaruh oleh kecenderungan emosinya (Elias dkk, 2008; Narvaez, 2008). Pendidikan karakter yang baik memperhatikan pendidikan emosi, yaitu bagaimana melatih emosi anak agar dapat berperilaku baik. Penelitian menunjukkan bahwa program pendidikan karakter yang efektif harus disertai dengan pendidikan emosi (Elias dkk, 2008; Kessler & Fink, 2008).

Ketika seorang pemuda datang meminta ijin berzina, Rasulullah Saw tidak menghardik pemuda ini atas kegagalannya memahami larangan zina secara kognitif. Nabi Saw menyentuh faktor emosinya dengan mengatakan, “Sukakah dirimu jika seseorang menzinai ibumu?” Sang pemuda menjawab, tidak. Maka Nabi mengatakan, “Sama, orang lain juga tidak suka ibunya kamu zinai. Sukakah dirimu jika seseorang menzinai putrimu?” Sang pemuda terkejut dan secara tegas menolaknya. Nabi Saw melanjutkan, “Sama, orang lain juga tidak suka jika putrinya kamu zinai.” Nabi Saw memahami gejolak sang pemuda dan memilih menyentuh faktor emosinya. Sang pemuda diarahkan untuk merasakan bahwa apa yang hendak dilakukannya akan menyakiti orang lain.

Pembangunan kecerdasan emosi juga Rasulullah Saw lakukan melalui upaya meningkatkan kedekatan hamba kepada Allah Swt. Disebutkan dalam sebuah hadits qudsi: “Jika seorang hamba bertaqarrub kepadaKu sejengkal, Aku mendekatinya sehasta. Jika ia mendekatiKu sehasta, Aku medekatinya sedepa. Jika ia mendekatiKu dengan berjalan, maka Aku mendekatinya dengan berlari.” (Shahih Bukhari)

Kecerdasan emosi anak didik harus mendapatkan perhatian. Emosi anak yang ditekan dapat menjadikan anak tumbuh sebagai individu yang masa bodoh (al-Naqib, 1993). Kehebatan akal yang tidak didukung dengan kecerdasan emosi menyebabkan manusia melakukan tindakan spontan yang bertentangan dengan rasional dan nilai-nilai akhlaq.
4. Praktik Melalui Keteladanan dan Pembiasaan

Lingkungan masyarakat yang mempraktikkan akhlaqul karimah merupakan bentuk keteladanan dan pembiasaan terbaik. Penelitian menyebutkan bahwa perilaku anak lebih ditentukan oleh lingkungannya daripada kondisi internal si anak (Leming, 2008). Keteladanan dan pembiasaan merupakan faktor utama dalam mengasah kecerdasan emosi (Narvaez, 2008).

Dalam mendidik karakter umat Islam, Rasulullah Saw menjadikan dirinya suri teladan terlebih dahulu sebelum menuntut umatnya mempraktikkannya. Prinsip inilah yang harus dipegang teguh oleh para pendidik. Bahkan, para teladan harus menunjukkan kebaikan yang lebih besar dari apa yang dituntut atas anak-anak sehingga anak-anak menjadi lebih termotivasi dalam menjalankan kebaikan.

Keteladanan Rasululullah Saw ditegaskan Allah Swt dalam firmanNya di Surat al-Ahzab ayat 21: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

Dalam kehidupan sehari-hari, Rasulullah Saw selalu berpegang teguh kepada perilaku terpuji sesuai ajaran Islam, sehingga Aisyah ra. menyatakan: “Akhlaq Rasulullah Saw adalah (sesuai) al-Qur’an.” (HR. Muslim)

Selain memberikan keteladanan, Rasulullah Saw menyuruh para orang tua untuk membiasakan anak-anak menjalankan perintah agama sejak kecil, walaupun mereka baru terkena beban agama setelah baligh. Dalam sebuah hadist Nabi Saw bersabda: “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat apabila sudah mencapai umur tujuh tahun, dan apabila sudah mencapai umur sepuluh tahun maka pukullah mereka apabila tidak melaksanakannya, dan pisahkanlah mereka dalam tempat tidurnya.” (HR. Abu Daud & al-Hakim)

Rasulullah Saw memberikan keteladanan sekaligus membiasakan perbuatan baik melalui penerapan Islam dalam kehidupan bermasyarakat. Larangan zina, misalnya, didukung dengan langkah-langkah untuk menjauhkan manusia dari berzina, seperti larangan untuk berdua-duaan, kewajiban untuk menutup aurat, serta pelaksanaan hukuman bagi pelaku zina.
5. Memperhatikan Pemenuhan Kebutuhan Hidup

Karakter tidak dapat dilepaskan dari pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Seseorang yang beristri lebih mudah untuk menghalau keinginan berzina daripada mereka yang membujang. Seseorang yang kenyang akan terhindar dari mencuri makanan. Tindakan kriminalitas sering terjadi akibat tekanan kebutuhan.

Islam memerintahkan negara untuk menjamin kebutuhan pokok masyarakat. Apabila seseorang tidak mampu mendapatkan pekerjaan sendiri, maka negara wajib menyediakan lapangan pekerjaan untuknya. Apabila seseorang tidak mampu bekerja (cacat, tua, gila, dsb) maka Islam mewajibkan keluarganya untuk menanggung hidupnya. Apabila keluarganya tidak mampu atau tidak memiliki keluarga, maka Islam mewajibkan negara untuk mengurusi segala keperluannya (Abdul Aziz Al-Badri, Hidup Sejahtera dalam Naungan Islam, 1995). Rasulullah Muhammad Saw bersabda: “Barangsiapa mati meninggalkan harta, maka itu hak ahli warisnya. Dan barangsiapa mati meninggalkan keluarga yang memerlukan santunan, maka akulah penanggungnya.” (HR. Muslim)

Jaminan atas kebutuhan dasar hidup memberikan rasa aman bagi tiap-tiap individu dalam masyarakat. Masyarakat tidak lagi perlu khawatir biaya sekolah anak cucunya sehingga menumpuk harta melebihi kebutuhannya, bahkan dengan cara-cara tidak halal. Masyarakat lebih rela mengantri apabila ada jaminan bahwa mereka yang mengantri tidak akan kehabisan sembako, tiket, atau kursi. Penumpang pesawat terbang bersedia mengantri dengan tertib karena jatah kursinya sudah terjamin. Penumpang kereta ekonomi tidak mau mengantri karena mereka harus berebut kursi.
6. Menempatkan Nilai Sesuai Prioritas

Pendidikan karakter seringkali tidak efektif karena ada perbedaan prioritas dalam memandang nilai. Ada seorang siswa laki-laki sekolah menengah trauma ke sekolah akibat digundul secara paksa oleh gurunya. Perbedaan persepsi rambut panjang bahkan pernah berujung menjadi tawuran antara orang tua murid dengan guru

Islam memiliki konsep prioritas perbuatan, yang terbagi dalam 5 (lima) kategori, yaitu wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram. Penilaian moralitas tidak terlepas dari kelima tingkatan prioritas ini. Islam tidak melarang laki-laki berambut panjang, namun mewajibkan merapikan dan menjaga kebersihannya (Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 1, 2011). Dalilnya adalah kisah Abu Qatadah ra. yang memiliki rambut panjang dan menanyakan kebolehannya kepada Nabi. Beliau Saw menyuruhnya untuk merapikan dan menyisirnya setiap hari.

Pendidik wajib mengetahui kedudukan tiap-tiap perbuatan sebelum mengambilnya sebagai aturan kedisiplinan. Dalam wilayah yang sunnah, mubah, dan makruh, apabila ada hal yang ingin dijadikan aturan kedisiplinan, maka pendidik harus mengkomunikasikan dan mengikutsertakan anak-anak dalam membuat keputusan sehingga mereka memaklumi manfaat aturan tersebut bagi kelangsungan komunitas dan menjalankannya secara bersungguh-sungguh.

Demikianlah enam prinsip pendidikan karakter. Keenam prinsip ini harus dipenuhi agar pendidikan karakter dapat mencapai kesuksesan.*
Selasa, 22 April 2014

Kemdikbud Klaim 3 Keunggulan Kurikulum 2013

Rencana pemberlakuan kurikulum 2013 yang akan dimulai Juli 2013, diklaim oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memiliki tiga keunggulan dibandingkan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006.

Selamat Datang di Website LPM Darul Ulum Kepohbaru

Lorem ipsum no has veniam elaboraret constituam, ne nibh posidonium vel. Has ad quaeque omittantur, malis abhorreant eam no, qui cu minim placerat definitionem. Et sonet ludus apeirian mei, ut tibique corpora posidonium vis, iusto nominavi prodesset in pro. Ad mea omnes aliquando, idque democritum incorrupte at sed, nostrud feugiat consetetur duo in. Aeque reformidans ex quo, facilisis appellantur ea mei. Illud scaevola pertinacia mel ad, est ex tractatos aliquando, cibo eloquentiam ea per.
Cibo quas assum mel an, mel partiendo adipiscing quaerendum ne, dictas iisque ad usu. Invenire delicata sit at, ad est mollis civibus corrumpit. Ne has delenit eligendi splendide, harum numquam epicuri quo ea, sed verear aliquando consequuntur eu. Ad mea mucius expetenda liberavisse, mei ea assentior dissentiunt, delectus antiopam disputando vel ad. Ad pro erat quaeque suscipiantur, vis alia pertinacia at, ei duo zzril tibique necessitatibus. Tritani reprehendunt et vel, et habeo viderer eruditi eos, ornatus pertinax periculis mel ea.
Ei brute deserunt delicata nam, mundi moderatius ex quo. Id per modo molestie lobortis, perfecto corrumpit omittantur nec an. Albucius intellegam scripserit et cum, no mei porro tantas menandri. Nam detraxit disputando efficiantur cu, nisl petentium repudiandae eum ut. Pri reque scripta admodum te, rebum legere inimicus et has, ne qui amet meis commodo.
Sint illud inani cum an, et primis nostrum adipiscing usu, ut alienum insolens omittantur eos. Ad dolore torquatos moderatius vim, modo vero definitiones te his. Mea ei solet decore quaestio, nam an dolores concludaturque. Has illud mazim deserunt in, qui ad mazim democritum moderatius. Has essent sensibus id, dicant recusabo reprehendunt te pro, meis facilis maiorum id pri. Et nec mutat erroribus, ad fugit aliquando incorrupte has